Tata Cara Mandi Wajib (Mandi Junub)

Tata Cara Mandi Wajib (Mandi Junub)

Dalam masalah ini, ada dua hadits yang menjadi pokok  yang menjelaskan tata cara mandi junub, yaitu hadits Aisyah dan hadits Maimunah radhiallahu anhuma.

1. Hadits Aisyah radhiallahu anha, beliau berkata:

كَانَ إذَا اغۡتَسَلَ مِنَ الۡجَنَابَۃِ, بَدَأ فَغَسَلَ يَدَيۡهِ, ثُمَّ يَتَوَضَّأ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَۃِ ثُمَّ يُدۡخِلُ أصَابِعَهُ فِي الۡمَاء, فَيُخَلِّلُ بِهاَ أُصُلَ شَعۡرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ [ وَفِي رِوَايَۃٍ: حَتَّی إذَا ظَنَّ أنَّهُ قدۡ أرۡوَی بَشَرَتَهُ أفاضَ ] عَلَی رَأۡسِهِ ثَلاثَ غُرَفٍ بِيَدِهِ ثُمَّ يُفِيضُ الۡمَاءَ عَلَی جِلۡدِهِ كُلِّهِ,.

Artinya:
Apabila beliau sedang mandi junub, beliau memulai dengan mencuci tangannya, kemudian berwudhu seperti wudhunya untuk shalat. Kemudian memasukkan jari-jari tangannya ke dalam air. Kemudian beliau menyela-nyela akar rambutnya, kemudian menuangkan air. [dalam riwayat yang lain: sampai ketika beliau menganggap sudah mengenai seluruh kulit kepalanya, beliau mengguyur) kepalanya sebanyak tiga kali cidukan dengan tangannya, kemudian mengguyur seluruh tubuhnya. (HR. al-Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316).

Ini hadits yang pertama yang menjelaskan tata cara mandi wajib Nabi shalallahu alaihi wasallam.

2. Hadits Maimunah radhiallahu anha, beliau berkata:

وَضَعۡ للنَّبِيّ صَلَّی الله عَلَيۡهِ وَسَلَّمَ مَاءً لِلۡغُسۡلِ [وَسَتَرۡتُهُ] فَغَسَلَ بِيَدَيۡهِ مَرَّتَيۡنِ أوۡ ثَلَاَثًَا ثُمّ أَفۡرَغَ بِيَمِنِهِ عَلَی شِمَالِهِ فَغَسَلَ مَذاَكِيره [وَفِي رِوَايَۃٍ: فَرۡجَه وَمَا أصَابَه مِنَ الأذَی] ثُمَّ دَلَكَ يَدَهُ بِالۡأرۡضِ أو بِحَاءطٍ ثُمَّ غَسَلَهَا, ثُمَّ تَمَضۡمَضَ وَاسۡتَنۡشَقَ وَغَسَلَ وَخۡهَهُ وَيَدَهِ, وَغَسَلَ رَأسَهۡ, ثُمَّ صَبَّ عَلَی جَسَدِهِ ثُمَّ تَنَحّی, فَغَسَلَ قَدَمَيهِ فَنَاوَلۡتُه خِرۡقَۃً, فَقَالَ بِيَدِهِ هَكَذَا, وَلَمۡ يُرِدۡهَا.

Artinya:

“Aku meletakkan air untuk mandi Nabi shallallahu alaihi wa sallam (dan menutupi beliau). Maka beliau membasuh kedua tangannya sebanyak dua atau tiga kali, kemudian menuangkan air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya. Kemudian membersihkan kemaluannya. [dalam riwayat yang lain: membersihkan kemaluan dan bagian yang terkena kotoran]. Kemudian beliau menggosok tangannya dengan tanah atau dengan tembok, kemudian beliau mencucinya. Kemudian beliau berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung, membasuh wajah dan kedua tangannya, Kemudian membasuh kepalanya. Kemudian mengguyurkan air pada tubuhnya. Kemudian beliau menepi dan membasuh kedua kakinya. Aku kemudian menyodorkan kain. Beliau mengisyaratkan tangannya demikian. Maksudnya, beliau tidak menginginkannya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hadits ini dan hadits dan hadits Aisyah merupakan hadits pokok yang menjelaskan tata cara mandi wajib yang sempurna.

Kesimpulan dari tata cara mandi junub yang sempurna

Dari dua hadis yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa tata cara mandi junub yang sempurna adalah sebagai berikut:

1. Membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali sebelum memasukkannya ke dalam bejana atau sebelum memulai mandi. Kandungan hadits Aisyah radhiallahu anha.

2. Membasuh kemaluan  dan bagian yang terkena kotoran dengan tangan kiri. Kandungan hadits Maimunah radhiallahu anha.

3. Mencuci tangan setelah mencuci kemaluan, dan membersihkannya dengan sabun atau bahan sejenisnya seperti tanah. Kandungan hadits Maimunah radhiallahu anha.

4. Berwudhu dengan sempurna seperti wudhu akan shalat. Hal ini sebagaimana kandungan dalam hadits Aisyah dan Maimunah radhillahu anhuma

5. Menyela-nyela rambut. Sebagaimana dalam hadits Aisyah radhiallahu anha

6. Memulai dengan kepala bagian kanan kemudian kepala bagian kiri

7. Mengguyurkan air pada kepala sebanyak tiga kali.

8. Menyiram air pada seluruh tubuh dimulai dengan bagian kanan kemudian bagian kiri.

Dalam hadits Maimunah radhiallahu anha disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam mencuci kedua kakinya setelah selesai mandi. Ada pun pada hadits Aisyah radhiallahu anha tidak disebutkan bahwa beliau shallallahu alaihi wasallam mencuci kaki setelah mandi. Namun jika seseorang mandi di tempat yang kotor maka hendaknya dia tetap mencuci kakinya untuk menghilangkan kotoran. (Diringkas dari kitab shahih fiqhussunnah Karya Syeikh Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim)

Wallahu a’lam

________________

Ustadz Anshari, S. Th. I, MA hafizhahullah
(Pembina Pusat Dakwah dan Kajian Sunnah Gowa)

CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )