Rukun Dan Syarat Puasa

Rukun Dan Syarat Puasa

A. Rukun Puasa

Rukun puasa ada dua, yaitu:

1. Niat

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

إنَّمَا الأعۡمَالُ بِالنِّيَاتِ…

Artinya:
Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya“. (Riwayat Bukhari dan Muslim dari sahabat Umar bin Al-Khaththab radhiallahu anhu).

Niat harus dilakukan setiap malam di bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam dari Hafshah radhiallahu anha:

مَنۡ لَمۡ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ مِنَ اللَّيۡلِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ

Artinya:
Barangsiapa yang tidak menetapkan niat puasa di malam hari, maka tidak ada puasa baginya“. (Riwayat At-Tirmizi dan An-Nasa’i).

Niat tempatnya di dalam hati dan tidak dilafazkan, bahkan melafazkannya merupakan bid’ah. (Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam, Taisiir al-Allaam Syarh Umdatul Ahkaam, Juz I, h. 10).

2. Imsaak (Menahan dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa).

Menahan mulai dilakukan sejak terbitnya fajar shadiq hingga terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu Wata’ala:

فالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابۡتَغُوا مَا كَتَبَ اللهُ لَكُمۡ وَكُلُوا وَاشۡرَبُوا حَتَّی يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الۡخَيۡطُ الۡأبۡيَضُ مِنَ الۡخَيۡطِ الۡأسۡوَدِ مِنَ الۡفَجۡرِ ثُمَّ أتِمُّوا الصِّيَامَ إلَی الَّليۡلِ.

Artinya:
Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kamu, makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam“. (Surah Al-Baqarah ayat 187).

 

 

B. Syarat-Syarat Puasa

Syarat-syarat puasa ada enam (Lihat, Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi, Panduan Puasa Ramadhan Di Bawah Naungan Al-Qur’an dan As-Sunnah, h. 15), yaitu:

1. Islam. Karena puasa tidak diterima dari orang kafir.

2. Berakal. Puasa tidak diterima dari orang yang kesurupan atau orang gila.

3. Baligh. Anak kecil yang belum baligh tidak wajib melaksanakan puasa walaupun orang tua diperintah untuk membiasakan anak-anaknya untuk berpuasa sebelum baligh.

4. Mampu untuk berpuasa. Tidak ada kewajiban berpuasa bagi orang sakit, laki-laki dan perempuan tua, perempuan hamil atau menyusui.

5. Mukim. Karena orang musafir boleh baginya untuk tidak berpuasa pada saat melakukan puasa.

6. Tidak ada penghalang puasa seperti haid dan nifas bagi wanita. Perempuan yang haid atau nifas tidak boleh berpuasa hingga bersih darinya.

 

Ustadz Anshari, S. Th. I, MA Hafizhahullah
(Pembina Pusat Dakwah dan Kajian Sunnah Gowa)

CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )