
Rukun-Rukun Shalat
A. Pengertian
Rukun shalat adalah semua perkataan dan perbuatan yang menyusun makna dan hakikat shalat. Apabila salah satu rukun tersebut tidak dilakukan, maka shalat belum terlaksana, dan secara syariat belum punya arti dan dapat diganti dengan sujud sahwi.
B. Hukum Meninggalkan Rukun Shalat
Orang yang meninggalkan rukun shalat tidak terlepas dari dua keadaan, yaitu:
1. Meninggalkan dengan sengaja. Barangsiapa yang meninggalkan salah satu rukun dari rukun-rukun shalat dengan sengaja, maka shalatnya batal menrut kesepakatan para ulama.
2. Meninggalkan karena lupa. Apabila ia memungkinkan mengerjakannya maka wajib baginya untuk mengerjakannya. Jika tidak, maka shalatnya batal menurut mazhab Hanafi. Dan menurut pendapat jumhur ulama bahwa tidak dihitung rakaat yang rukunnya tidak dikerjakan. Kecuali apabila seseorang lupa takbiratul ihram, maka ia harus mengulanginya dari awal, karena asalnya dia belum dianggap masuk dalam shalat. (Shahih Fiqhus Sunnah, Juz I, h. 276).
Adapun rukun shalat :
1. Berdiri bagi yang mampu.
Dalam shalat fardhu, berdiri merupakan hal yang diwajibkan bahkan ia adalah rukun shalat menurut kesepakatan para ulama.
Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala:
وَقُمُوۡا لِلهِ قٰنِتِيۡنَ.
Artinya:
“Dan berdirilah (shalat) karena Allah dengan khusyuk”. (Surah Al-Baqarah ayat 238).
Dan juga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Imran bin Hushain radhiallahu anhu:
صَلِّ قائمًا فَإنۡ لَمۡ تَسۡتَطِعۡ فَقَاعِدًا فَإنۡ لَمۡ تَسۡتَطِعۡ فَعَلَی جَنۡبٍ.
Artinya:
“Shalatlah kamu dalam keadaan berdiri, jika kamu tidak mampu maka shalatlah dalam keadaan duduk, jika kamu tidak mampu maka shalatlah dalam keadaan berbaring”. (Riwayat Al-Bukhari).
2. Takbiratul Ihram
Takbiratul Ihram juga merupakan rukun shalat. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
مِفۡتِاحُ الصَّلاَۃِ الطُّهُوۡرُ وَتَحۡرِيۡمُهَا وَتَحۡلِيۡلُهَا التَّسۡلِيۡمُ.
Artinya:
“Kunci shalat adalah bersuci, pembukanya adalah takbir dan penutupnya adalah salam”. (Riwayat Abu Daud dan At-Tirmizi).
3. Membaca Surah Al-Fatihah.
Membaca surah Al-Fatihah disetiap rakaat adalah rukun, baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
لاَ صَلاَۃَ لِمَنۡ لَمۡ يَقۡرَأۡ بِفَاتِحَۃِ الۡۡكِتَابِ.
Artinya:
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca pembuka Al-Qur’an (Al-Fatihah)”. (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Ubadah bin Shamit radhiallahu anhu).
Dan juga hadis Beliau “Barangsiapa yang shalat dan tidak membaca Al-Fatihah di dalamnya, maka shalatnya buntung, shalatnya buntung, tidak sempurna”.
4. Rukuk Pada Setiap Rakaat.
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu Wata’ala:
يَٰأيُّهَا الَّذِيۡنَ ءَامَنُوا ارۡكَعُوا وَاسۡجُدُوا…
“Wahai orang-orang yang beriman, rukuk dan sujudlah kamu”. (Surah Al-Hajj ayat 77).
5. Bangkit Dari Rukuk.
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
ثُمَّ ارۡكَعُوا حَتَّی تَطۡمَئنَّ رَاكِعًَا ثُمَّ ارۡفَعۡ حَتَّی تَعۡتَدِلَ قَائمًا
“Kemudian rukuklah hingga benar-benar tuma’ninah dalam rukuk, lalu bangkitlah hingga benar-benar bangkit”. (Riwayat Al-Bukhari).
6. I’tidal.
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
صَلُّوا كَمَا رَأَيۡتُمُوۡنِيۡ أصَلِّي.
“Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku shalat”. (Riwayat Al-Bukhari).
7. Sujud, yaitu meletakkan dahi di tanah.
Hal ini berdasarkan surah Al-Hajj ayat 77. Dan diharuskan sujud di atas tujuh anggota sujud, berdasarkan hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam:
أُمِرۡنَا أنۡ نَسۡجُدَ عَلَی سَبۡعِ أعۡظُمٍ: عَلَی الۡجَبۡهَۃِ وَأشَارَ بِيَدِهِ عَلَی أنۡفِهِ وَالۡيَدَيۡنِ والرُّكۡبَتَينِ وَأطۡرَافِ الۡقَدَمَيۡنِ.
“Kami diperintah untuk sujud di atas tujuh tulang, yaitu: di atas dahi dan beliau berisyarat dengan tangannya ke hidungnya, kedua tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki”. (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
8. Bangkit Dari Sujud dan Duduk di antara Dua Sujud.
ثُمَّ ارۡفَعۡ حَتَی تَطۡمَئنَّ جَالِسًَا
“Kemudian bangkitlah hingga benar-benar duduk”.
9. Tuma’ninah ketika berdiri, rukuk, sujud, dan duduk.
Tuma’ninah adalah diam sejenak setelah kembalinya seluruh anggota tubuh ke posisi semula sebatas bacaan “subhaana rabbiyal azhiim” satu kali.
10. Duduk Tasyahud Akhir
11. Tasyahud Akhir, yaitu membaca التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ… dst.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إذَا جَلَسَ أحَدُكُمۡ فِي الصَّلاَۃِ فَلۡيَقُلۡ التَّحِيَّاتُ للهِ
“Apabila salah seorang di antara kalian duduk dalam shalat, maka ucapkanlah ‘attahiyyatu lillahi'”. (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
صَلُّوا كَمَا رَأَيۡتُمُوۡنِيۡ أصَلِّي.
“Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku shalat”. (Telah berlalu takhrijnya).
12. Bershalawat Kepada Nabi Shallallahu alaihi Wasallam pada Tasyahud Akhir.
13. Tertib Pada Setiap Rukun.
Hal tersebut berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”.
14. Salam.
Berdasarkan sabada Nabi shallallahu alaihi wasallam:
…وَتَحۡلِيۡلُهَا التَّسۡلِيۡمُ.
“…Dan penghalalannya adalah salam”. (Riwayat Abu Daud, At-Tirmizi dan Ibnu Majah).
wallahu a’lam
________________
Ustadz Anshari, S. Th. I, MA hafizhahullah
(Pembina Pusat Dakwah dan Kajian Sunnah Gowa)