
Ketika Ramadhan Pergi (Bag. Kedua – Terakhir)
Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan :
“Para ulama salaf, berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka disampaikan kepada bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa lagi selama enam bulan agar Allah mau menerima amalan ibadah mereka tersebut (selama di bulan Ramadhan)“ [Lathaif al-Ma’arif, Ibn Rajab al-Hanbali : 186]
‘Umar bin ‘Abdul Aziz keluar tatkala beliau berkhutbah pada hari raya Idul Fithri, “Wahai sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya. Kalian pun keluar dan memohon pada Allah agar amalan kalian diterima. Namun sebagian salaf malah bersedih ketika hari raya Idul Fithri. Dikatakan kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kebahagiaan.” Mereka malah mengatakan, “Kalian benar. Akan tetapi aku adalah seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku untuk beramal, namun aku tidak mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah tidak.” [Lathaif al-Ma’arif, Ibn Rajab al-Hanbali : 186]
Wahb bin al-Ward melihat suatu kaum sedang tertawa di hari raya, maka beliau mengatakan :
“Jika mereka termasuk orang yang diterima ibadah puasanya, lantas pantaskah tertawa itu sebagai wujud rasa syukurnya ? dan jika mereka termasuk orang yang ditolak ibadah puasanya, lantas pantaskah tertawa itu sebagai wujud rasa takut mereka ? “[Lathaif al-Ma’arif, Ibn Rajab al-Hanbali : 186]
2. Sebagaimana penjagaanmu terhadap sholat (di bulan Ramadhan) dalam rukunya, sujud, khusyu’, ketundukkan dan air matamu berlinang dihadapan Rabbmu, maka tiadakah yang tersisa dari keadan seperti ini pada sisa umurmu di hari yang lain dan pada seluruh amalanmu ? sebab sholat merupakan tiang agama. Maka seseorang tidak memiliki bahagian dalam islam bagi orang yang menelantarkan sholat.
Imam Al-Buwaytiy -Rahimahullah- salah seorang ulama Syafi’iyyah bahwasanya ia dipenjara. diletakkan belenggu di lehernya dan kedua kakinya dirantai. Ia berkata, “sungguh saya akan meninggal di penjara ini. Hingga kaum yang datang berikutnya mengetahui bahwa orang-orang ini meninggal karena perkara ini (sholat) di dalam penjara”
Al-Buwaytiy di dalam selnya, ia mandi setiap hari jum’at, memakai wewangian, membersihkan pakaiannya lalu keluar menuju pintu penjara Apabila ia telah mendengar adzan berkumandang. Akan tetapi ia dimasukkan kembali oleh penjaga pintu ke dalam selnya. Maka ia pun berdoa,”Wahai Allah -Ta’ala-, sesungguhnya aku ingin memenuhi panggilanmu tapi mereka menghalangiku.”
Masih banyak amalan yang harus kita jaga setelah ramadhan pergi berlalu. Semoga Allah -Ta’ala- mempertemukan kita lagi dengan bulan penuh berkah di tahun yang akan datang. Amiin.
Ustadz Abu Dawud Ilham Al Atsary hafizhahullah
(Pengasuh Buletin Madrosah Sunnah Makassar)