
Mandi Yang Disunnahkan
1. Mandi pada setiap ingin melakukan jima’ (hubungan suami istri) pada saat dilakukan berulang kali.
Hal ini berdasarkan hadits hasan yang diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmizi dan Ibnu Majah dari sahabat Abu Rafi’ radhiallahu anhu dia berkata: “pada suatu malam Nabi shallallahu alaihi wasallam menggilir istri-istrinya. Beliau mandi saat bersama yang satu dan yang lain. Maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau melakukan sekali saja? Maka beliau menjawab:
هَذَا أزۡكَی وأطۡيَبُ وأطۡهَرُ.
Ini lebih suci, lebih baik dan lebih bersih.
2. Wanita yang mengalami istihadhah setiap kali ingin shalat.
Hal ini berdasarkan hadits Aisyah radhiallahu anha yang diriwayatkan oleh Abu Daud:
إنَّ أُمَّ حَبِيۡبَۃ اسۡتُحِيۡضَتۡ فِي عَهۡدِ رَسُولِ اﷲ صلّی ﷲ عَلَيۡه وسَلّم فَأمَرَ بِالۡغُسۡلِ لكُلِّ صَلاَۃِِ.
Sesungguhnya Ummu Habibah radhiallahu anha mengalami istihadhah pada masa Nabi shallallahu alaihi wasallam, maka beliau menyuruhnya mandi disetiap kali (mau) shalat.
Syeikh Malik Kamal bin As-Sayyid Salim berkata bahwa jumhur ulama dari kalangan salaf dan khalaf bahwa wanita yang mengalami istihadhah tidak wajib mandi disetiap kali hendak shalat. (Shahih Fiqhussunnah, h. 148)
3. Mandi Untuk Melakukan Ihram pada Haji atau Umrah
Hal ini berdasarkan hadis Zaid bin Tsabit radhiallahu anhu :
أَنّهُ رَأی النّبِيَّ صَلَّی ﷲُ عَلَيۡهِ وَسَلِّم تَجَرَّدَ لإهۡلَالِهِ وَاغۡتَسَلَ. ( رواه الترمذي)
Artinya:
Sesungguhnya dia (Zaid bin Tsabit) pernah melihat Nabi shallallahu alaihi wasallam melepaskan pakainnya dan mandi untuk ihram. (HR. At-Tirmizi).
4. Mandi Untuk Memasuki Kota Mekkah.
Hal ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma bahwa ia tidak mau memasuki kota Mekkah kecuali ia bermalam di Dzi Thuwa hingga subuh dan beliau mandi, kemudian memasuki kota Mekkah di siang hari. Dan beliau menyebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah melakukan hal tersebut. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
5. Mandi Setelah Siuman Dari Pingsan
Hal ini berdasarkan perbuatan Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika beliau mengalami sakit menjelang wafatnya, beliau mengalami pingsan dan setelah itu beliau mandi. (lihat hadis riwayat Al-Bukhari (426) dan Muslim (418) dari Aisyah radhiallahu anha).
6. Mandi Setelah Memandikan Jenazah
Hal ini berdasarkan hadis dari Abu Hurairah radhiallah anhu
مَنۡ غَسِّلَ مَيِّتًا فَلۡيَغۡتَسِلۡ. (رواه أبو داود, الترمذي, ابن ماجه).
Artinya:
Barangsiapa yang memandikan jenazah, maka hendaklah ia mandi. (HR. Abu Daud, At-Tirmizi dan Ibnu Majah).
7. Mandi Untuk Shalat Dua Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha)
Hal ini berdasarkan pertanyaan seseorang kepada Ali radhiallahu anhu : tentang mandi, maka beliau berkata, “Mandilah setiap hari jika engkau mau”. Orang itu berkata: “Bukan itu maksudku” tapi mandi yang merupakan mandi wajib, maka Ali radhiallahu anhu berkata: “Mandi pada hari Jum’at, hari Arafah, hari raya Idul Adha dan Idul Fitri. (HR Al-Baihaqi, dan juga bisa dilihat dalam Kitab Al-Umm, karya Imam Asy-Syafi’i).
wallahu a’lam
________________
Ustadz Anshari, S. Th. I, MA hafizhahullah
(Pembina Pusat Dakwah dan Kajian Sunnah Gowa)