Meraih Kemuliaan Di Bulan Ramadhan

Meraih Kemuliaan Di Bulan Ramadhan

Allah Subhanahu Wa ta’ala telah menetapkan Bulan Ramadhan bagi umat Islam. Satu bulan yang sangat mulia dan agung.

Kemuliaan dan keagungan Bulan Ramadhan dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan untuk meraih kemuliaan tersebut, berikut ini akan disebutkan beberapa amalan yang sangat layak dilakukan oleh seorang muslim dan muslimah.

I. Bergembira Dengan Masuknya Bulan Ramadhan

Seorang muslim dan muslimah hendaknya bergembira dengan kedatangan Bulan Ramadhan, karena di sana sangat banyak keutamaan yang tidak didapatkan di luar Bulan Ramadhan, di antaranya:

1. Dosa-dosa akan diampuni.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

Artinya:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan pahala, maka dosa-dosanya yang lalu diampuni.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhariy dan Muslim).

2. Pintu-pintu Surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ.

Artinya:
“Apabila Ramadhan telah tiba, pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhariy dan Muslim).

3. Amalan-amalan akan dilipatgandakan.

Disebutkan oleh Ibnu Rajab al-Hanbaliy rahimahullah dalam Kitab Lathaaif al-Ma’arif bahwa pelipatgandaan amalan karena beberapa sebab, di antaranya:

1) Keutamaan tempat di mana seseorang beramal, seperti di Masjidil Haram dan di Masjid Nabawiy.
2) Keutamaan waktu ketika seseorang beramal, seperti sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah, Bulan Ramadhan.
3) Keutamaan orang yang yang melakukan amalan.

4. Dari hal yang menyebabkan seseorang bergembira adalah hadits Abu Hurairah dalam riwayat al-Bukhariy dan Muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ.

Artinya:
“Bagi orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan: Kegembiraan ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika dia berjumpa dengan Rabbnya.”

Ibnu Rajab rahimahullah berkata:
– Adapun kegembiraan orang yang berpuasa ketika dia berbuka, karena sesungguhnya jiwa secara fitrah diciptakan untuk cenderung kepada segala sesuatu yang sesuai dengannya baik itu berupa makanan, minuman, dan hubungan suami isteri. Apabila jiwa dilarang dari semua itu pada waktu tertentu kemudian dibolehkan baginya pada waktu yang lain maka jiwa akan merasa senang dengan dibolehkannya sesuatu yang tadinya terlarang baginya, khususnya ketika jiwa sangat membutuhkan hal itu maka secara alamiah jiwa akan merasa senang karena hal tersebut.

– Adapun kebahagiaan ketika dia berjumpa dengan Rabbnya, karena sesuatu yang dia dapatkan di sisi Allah berupa pahala yang tersimpan, maka dia akan mendapatkannya sebagai suatu balasan yang paling dibutuhkan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa ta’ala:

وَمَاتُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا.

Artinya:
“Kebaikan apa saja yang kalian perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan paling besar pahalanya.” (Surah al-Muzzammil, ayat 20).

Dan juga firman Allah subhanahu wa ta’ala:

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا.

Artinya:
“(Ingatlah) pada hari ketika setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebaikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya.” (Surah ali-Imran, ayat 30). (Diringkas dari Kitab Lathaaif al-Ma’arif, hal. 345-347).

Dan masih banyak lagi keutamaan Bulan Ramadhan yang menyebabkan seorang muslim bergembira.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dalam sabdanya:

أَتَاكُمْ رَمَضَانُ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ، وَتُغَلُّ فِيْهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِيْنِ، فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ.

Artinya:
“Telah datang kepada kalian Bulan Ramadhan bulan yang berkah, Allah wajibkan kepada kalian berpuasa, di dalamnya pintu-pintu langit dibuka pintu-pintu neraka ditutup, setan yang paling bejatnya dibelenggu, di dalamnya ada satu malam yang lebih baik darpada seribu bulan, siapa yang diharamkan kebaikannya maka dia telah diharamkan.” (Diriwayatkan oleh an-Nasai’y dan dishahikan oleh Syeikh al-Albaniy dalam Shahih at-Targhib).

II. Memperbanyak berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِيٓ أَسَتَجِبْ لَكُم إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ.

Artinya:
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan kabulkan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka dalam keadaan hina dina.” (Surah Ghafir, ayat 60).

Syeikh Shaleh Fauzan hafizhahullah berkata terkait dengan ayat ini, bahwa manusia terbagi 3:
1) Mustakbir, yaitu orang yang enggan berdoa kepada Allah.
2) Musyrik, yaitu orang yang berdoa kepada Allah namun dia juga berdoa kepada selain-Nya.
3) Muwahhid. yaitu orang yang hanya berdoa kepada Allah. (Syarah Tsalatsatul Ushul).

Maka seorang muslim hendaknya banyak berdoa agar dipertemukan dengan Bulan Ramadhan, diberi kesehatan, dan diberi hidayah dan taufik serta kekuatan fisik dan iman untuk melakukan ketaatan di dalam Bulan Ramadhan dan memaksimalkannya mulai dari awal hingga akhir.

Apabila seorang muslim bersungguh-sungguh meminta kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala dan dia memenuhi syarat-syarat doa, maka Allah akan mengabulkan doanya.

Adapun syarat-syarat doa yang dikabulkan ada sepuluh:
1. Bersuci.
2. Bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
3. Disertai dengan penyesalan (taubat).
4. Memilih waktu yang mustajab. Dan Bulan Ramadhan merupakan waktu yang sangat mustajab.
5. Khusyu’.
6. Berbaik sangka kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala.
7. Mengkomsumsi makanan yang halal.
8. Tidak berdoa dengan doa maksiat.
9. Menggunakan nama Allah yang sesuai dengan permintaan.
10. Disertai dengan harapan yang kuat.

Imam Ibnu Jama’ah rahimahullah mengumpulkan syarat-syarat ini dalam tiga bait syair:

قالوا: شروط الدعاء المستجب لنا … عشر بها بشر الداعي بإفلاح.
طهارة وصلاة معهما ندم … وقت خشوع وحسن الظن يا صاح.
وحل قوت ولا يدعى بمعصية …. واسم يناسب مقرون بإلهاح.

Dulu para salaf memanfaatkan enam bulan sebelum Ramadhan untuk berdoa agar di pertemukan dengan bulan Ramadhan, dan enam bulan setelah Ramadhan mereka juga berdoa agar amalan-amalannya diterima di sisi Allah Subhanahu Wa ta’ala.

كانوا يدعون الله ستة أشهر أن يبلغهم رمضان, ثم يدعون الله شتة أشهر أن يتقبل منهم.

“Dahulu para salaf senantiasa berdoa enam bulan (sebelum Ramadhan) agar disampaikan kepada Ramadhan, kemudian berdoa kepada enam bulan (setelah Ramadhan) agar diterima amalan dari mereka.”

Inilah kondisi para salafushshalih, mereka tidak hanya meminta agar dipertemukan dengan Bulan Ramadhan, akan tetapi mereka juga meminta agar amalan-amalan mereka diterima oleh Allah Subhanahu Wa ta’ala. Dan inilah ciri orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala.

Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidziy, dari sahabat yang mulia, Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata:

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: (وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ) قَالَتْ عَائِشَةُ : أَهُمْ الَّذِينَ يَشْرَبُونَ الْخَمْرَ وَيَسْرِقُونَ؟ قَالَ : لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ! وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ.

Artinya:
“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini: ‘Dan mereka memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati yang penuh rasa takut. “Apakah mereka adalah orang yang minum khamer dan mencuri?” Beliau menjawab, “Bukan wahai Putri ash Shiddiq ( Abu Bakr) Aisyah, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat, bersedekah, sementara mereka takut amalan mereka tidak diterima. Mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidziy, no. 3175, Lihat juga Tafsir Ibnu Katsiir, Juz III, hal. 316).

Di antara contoh dari pendahulu kita yang berdoa sebelum memasuki Bulan Ramadhan adalah Yahya bin Abi Katsir rahimahullah beliau berdoa:

اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي إلى رَمَضَانَ، وَسَلِّمْ لي رَمَضَانَ, وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلًا

“Ya Allah selamatkanlah aku untuk berjumpa dengan Ramadhan, selamatkan aku untuk menjalani Ramadhan, dan terimalah amalanku.” (Lathaaif al-Ma’arif, hal. 329).

III. Bertaubat Kepada Allah Subhanahu Wata’ala

Taubat sebagaimana yang disebutkan oleh Syeikh Utasimin rahimahullah:

الرجوع من معصية الله إلى طاعته.

Kembali dari maksiat kepada Allah menuju ketaatan.

Tingkatan-tingkatan taubat:

ا. التوبة من الكفر إلى الإيمان.

Bertaubat dari kekufuran menuju keimanan.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

قل للذين كفروا إن ينتهوا يغفر لهم ما قد سلف.

“Katakan kepada orang-orang kafir, apabila mereka berhenti, maka akan diampuni apa yang telah lalu.” (Surah al-Anfaal, ayat 38).

٢. التوبة من كبائر الذنوب.

“Bertaubat dari dosa-dosa besar.”

٣. التوبة من صغائر الذنوب.

“Bertaubat dari dosa-dosa kecil.”

Syarat-syarat taubat:

١. الإخلاص.

“Ikhlash.”

٢. الندم على ما فعل من المعصية.

“Menyesali perbuatan maksiat yang telah dilakukan.”

٣. أن يُقلع من الذنب الذي هو فيه وهذا من أهمّ شروطه.

“Berhenti dari perbuatan dosanya dan ini merupakan syarat sangat penting.”

٤. العزم على أن لا يعود في المستقبل إلى هذا العمل.

“Bertekat untuk tidak mengulanginya di masa yang akan datang.”

٥. أن تكون في زمن تُقبل فيه التوبة.

“Taubat tersebut dilakukan di waktu diterimanya taubat.” (yaitu sebelum matahari terbit dari barat dan sebelum datangnya ajal). (Syarah Riyadush Shalihiin, juz I, hal. 51-54).

IV. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an.

Sebagaimana yang dimaklumi bahwa Bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa ta’ala:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ…

Artinya:
“Bulan Ramadhan di dalamnya diturunkan Al-Qur’an…” (Surah al-Baqarah, ayat 185).

Dan Allah Subhanahu Wa ta’ala menyebutkan bahwa membaca Al-Qur’an merupakan perniagaan yang tidak akan merugi, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُونَ كِتٰبَ اللهِ وَأَقَامُوا الصَّلَوٰةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجٰرَةً لَنْ تَبُورَ.

Artinya:
“Sesungguhnya orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an, dan mereka menginfakkan sebagian apa yang kami rezeki kan kepada mereka baik dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan, mereka mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (Surah Faathir, ayat 29).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan keutamaan membaca Al-Qur’an:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَة, وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا, لَا أَقُولُ {الٓمٓ} حَرْفٌ, وَلٰكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ, وَلَامٌ حَرْفٌ, وَمِيْمٌ حَرْفٌ.

Artinya:
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya kebaikan, dan kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan, dan aku tidak mengatakan Alif laam miim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidziy).

Teladan Para Salaf Dengan Al-Qur’an:

1. Al-Aswad bin Yazid bin Qais bin Abdullah rahimahullah:

كان الأسود يختم القرآن في رمضان في ليلتين, وكان ينام بين المغرب والعشاء, وكان يختم القرآن في غير رمضان في كل ست ليال.

“Adalah al-Aswad senantiasa menghatamkan al-Qur’an di Bulan Ramadhan di setiap dua malam, dan dia tidur antara Magrib dan Isya, dan dia sentiasa mengkhatamkan al-Qur’an di selain Bulan Ramadhan pada setiap enam malam.” (Shifatus Shafwah, Juz I, hal. 14).

2. Mujahid rahimahullah:

كان يختم القرآن في رمضان, فيما بين المغرب والعشاء.

“Adalah (Mujahid) mengkhatamkan Al-Qur’an di Bulan Ramadhan antara Magrib dan Isya.”

3. Al-Azdiy rahimahullah:

كان الأزدي يختم فيما بين المغرب والعشاء كلَّ ليلةٍ من رمضان.

“Al-Azdiy mengkhatamkan Al-Qur’an antara Magrib dan Isya di setiap malam Bulan Ramadhan.” (Al-Mushannaf Ibnu Abi Syaibah).

4. Qatadah rahimahullah:

كان قتادة يختم في كل سبع دائما, وفي رمضان في كل ثلاث, وفي العشر الأواخر كلَّ ليلة.

“Adalah Qatadah selalu mengkhatamkan Al-Qur’an setiap tujuh malam, dan di Bulan Ramadhan setiap tiga malam, dan di akhir Ramadhan setiap malam.”

5. Imam Malik rahimahullah:

كان مالك إذا دخل رمضان يفرُّ من قراءة الحديث ومجالسة أهل العلم، وأقبَل علی تلاوة القرآن من المصحف.

“Adalah Imam Malik apabila masuk Bulan Ramadhan, dia meninggalkan membaca hadits dan majelis ilmu, dan dia konsentrasi untuk membaca al-Qur’an.” (Lathaaif al-Ma’arif, hal. 370).

6. Imam Asy-Syafi’iy rahimahullah:

كان الشافعي يختم في كل شهر ثلاثين ختمة, وفي رمضان ستين ختمة, سوى ما يقرأ في الصلاة.

“Adalah Imam asy-Syafi’iy senantiasa mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak tigapuluh kali setiap bulan, dan di Bulan Ramadhan dia menghatamkan al-Qur’an sebanyak enampuluh kali, selain yang dibaca dalam shalat.” (al-Umm, Juz I, hal. 31).

Karena itu Imam az-Zuhriy rahimahullah apabila masuk Ramadhan beliau berkata:

إنما هو تلاوة القرآن وإطعام الطعام.

“Sesunghuhnya Bulan Ramadhan merupakan bulan untuk membaca Al-Qur’an dan memberi makan.” (Lathaaif al-Ma’arif, hal. 375).

V. Mempelajari Fiqih Seputar Puasa

Mempelajari hukum-hukum seputar Puasa Ramadhan, fiqih tentang puasa, sahur, berbuka, fiqih tentang shalat tarwih, fiqih tentang i’tikaf, fiqih seputar zakat fitri, tentang hukum-hukum seputar hari raya, dan lain sebagainya.

VI. Memiliki Azm (Tekad) yang Kuat Untuk Memaksimalkan Bulan Ramadhan dari Awal Hingga Akhir

Khususnya di akhir Ramadhan. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang hendaknya kita jadikan sebagai contoh dan suri teladan ketika memasuki sepuluh malam terakhir Bulan Ramadhan. Dari Aisyah radhiyallahu anhu:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ.

Artinya:
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila memasuki sepuluh hari terakhir (Ramadhan), beliau menguatkan sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.”

Dan di sepuluh hari terakhir Bulan Ramadhan terdapat lailatul qadr, demikian juga terdapat syariat i’tikaf dan zakat fitri.

Penutup:

Kami tutup dengan kisah yang sangat menakjubkan dari sahabat Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu:

أنَّ رَجُلَيْنِ قَدِمَا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلْيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَ إِسْلَامُهُمَا جَمِيْعًا، وَكَانَ أحَدُهُمَا أَشَدَّ اجْتِهَادًا مِنْ صَاحِبِه، فغَزا المُجتَهِدُ مِنْهُمَا، فَاسْتُشْهِدَ، ثُمَّ مَكَثَ الآخَرُ بَعْدَهُ سَنَةً، ثُمَّ تُوُفِّيَ، قَالَ طَلْحَةُ: فَرَأَيْتُ فِيْمَا يَرَى النَّائِمُ كَأنِّي عِنْدَ بَابِ الجَنَّةِ إِذَا أَنَا بِهِمَا وَقَدْ خرَجَ خَارِجٌ مِنَ الجَنَّةِ، فأذِنَ لِلَّذِي تُوُفِّيَ الآخِرَ مِنْهُمَا، ثُمَّ خَرَجَ فَأَذِنَ لِلَّذِي اسْتُشْهِدَ، ثُمَّ رَجَعَا إِليَّ فَقَالَا لِيْ: اِرْجِعْ؛ فَإِنَّهُ لَمْ يَأْنِ لَكَ بَعْدُ. فَأْصْبَحَ طَلْحَةُ يُحَدِّثُ بِهِ النَّاسَ، فَعَجِبُوا لِذَلِكَ، فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: مِنْ أَيِّ ذَلِكَ تَعْجَبُوْنَ؟ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، هَذَا كَانَ أشَدَّ اجْتِهَادًا، ثُمَّ اسْتُشْهِدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ، وَدَخَلَ هَذَا الجَنَّةَ قَبْلَهُ. فَقَالَ: أَلَيْسَ قَدْ مَكَثَ هَذَا بَعْدَهُ سَنَةً؟ قَالُوا: بَلَى. وَأَدْرَكَ رَمَضَانَ فَصَامَهُ؟ قَالُوا: بَلَى. وَصَلَّى كَذَا وَكَذَا سَجْدَةً فِي السَّنَةِ؟ قَالُوا: بَلَى. قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَمَا بَيْنَهُمَا أَبْعَدُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ.

Artinya:
“Ada dua orang laki-laki yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Keduanya masuk Islam bersamaan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Salah seorang dari keduanya bersungguh-sungguh (dalam ibadah) dari yang lainnya, maka yang besungguh-sungguh ini berperang dan mati syahid, sedangkan seorang yang lain masih diakhirkan (hidupnya) hingga setahun (setelah itu). Thalhah bin ‘Ubaidullah berkata, ‘Saya mimpi berada di Surga, ketika saya di pintu Surga, maka keluarlah seseorang dari Surga dan mengizinkan orang yang terakhir (wafat) untuk masuk Surga, kemudian keluar lagi dan mengizinkan orang mati syahid masuk Surga. Kemudian dia berkata ‘Kembalilah kamu karena kamu belum diizinkan masuk. Maka aku berada di waktu pagi dan menceritakan hal tersebut kepada manusia, maka mereka pun heran. Maka sampailah berita itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: ‘Dari sisi mana kalian heran?’ Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, yang satu ini bersungguh-sungguh dan mati syahid, tapi yang satunya lebih dulu masuk Surga sebelum dia. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Bukankah dia hidup setahun setelah kematiannya? Mereka menjawab ‘Iya’, Rasulullah bersabda: ‘Dan dia mendapati Ramadhan dan berpuasa serta shalat sekian dan sekian sujud dalam setahun? Mereka berkata: ‘Iya’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jarak antara keduanya sejauh antara langit dan bumi.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albany dalam ash-Shahihah no. 2591).

Maka inilah keutamaan yang sangat besar bagi orang yang berjumpa dengan Bulan Ramadhan.

وصلى الله على نبينا ومحد وعلى آله وأصحابه أجمعين, والحمد لله رب العالمين.

Gowa, 01 Ramadhan 1443 H / 03 April 2022 M.
—————–
NB: Tulisan ini merupakan transkrip dari ceramah penulis di berbagai tempat.

✍️ Ustadz Anshari, S. Th. I, MA Hafizhahullah
(Pembina Pusat Dakwah dan Kajian Sunnah Gowa)

CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )