Ketika Ramadhan Pergi (Bag. Pertama)

Ketika Ramadhan Pergi (Bag. Pertama)

Sesungguhnya diantara kesalahan yang paling besar dan kerugian yang paling besar adalah seseorang yang kembali dalam keadaan kosong bahkan minus setelah mendapat keuntungan yang besar, atau orang yang lelah berusaha mendapatkan sesuatu kemudian membuang sesuatu yang telah Allah mudahkan baginya untuk meraihnya di bulan Ramadhan yang mulia. Dia kembali berjalan mundur setelah ia bersegera melakukan amal kebaikan untuk berhijrah dari dosa dan keburukannya. Ia kembali menjauh dan berpaling dari mesjid setelah ia ramaikan dengan bacaan Al-Qur’an dan amalan-amalan ketaatan. Semua hal ini menunjukkan bahwa hati-hati itu belum hidup secara sempurna  dengan iman, dan cahaya Al-Qur’an belum menerang hatinya dengan cahaya yang menyeluruh, dan jiwanya belum merasakan lezatnya ketaatan dan ibadah, bahkan iman selalu dalam keadaan lemah di dalam hatinya bahkan nyaris mati!

Apa yang harus engkau lakukan sekarang sedangkan engkau akan berpisah dengan bulan Ramadhan ?

1. Engkau berpisah dengan Ramadhan sebagaimana berjumpa pertama kalinya.

Maksudnya engkau bersemangat dalam berbuat ketaatan, keimanan, kebajikan dan berbuat ihsan. Jangan seperti orang yang disinggung oleh Allah -‘Azza Wa Jalla- di dalam Al-Qur’an.

وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.” (QS. An-Nahl: 92)

Para ahli tafsir berkata, “wanita yang dimaksud dalam ayat yang mulia ini adalah wanita yang hidup di masa sebelum Islam (Jahiliyyah), namanya adalah “Roobithoh” atau “rooyithoh” atau “riythoh” dari Bani Tamim. Wanita memiliki gelar dengan “Ja’raau” atau “Ja’ronah” dan kepadanya disandarkan nama tempat yaitu Ja’ronah antara mekkah Al-Mukarramah dengan kota Tho’if yang dia merupakan tempat miqot bagi orang yang ihram.

Wanita ini dijadikan permisalan dalam hal kebodohan. Apa kisah kebodohannya ? dahulu wanita ini melakukan perkumpulan bersama para tetangga dan para pekerja wanita setiap hari. Ia memerintahkan mereka untuk melakukan suatu pekerjaan yaitu memutar dan memintal benang wol dan bulu hewan atau sejenis dari keduanya. Kemudian jika telah masuk waktu siang dan mereka telah berhenti bekerja karena telah selesai memintal benang itu menjadi sehelai kain, maka wanita itu memerintahkan mereka kembali untuk mengurai kembali kain tersebut.

Maksudnya ia merusak apa yang telah mereka pintal dan mengembalikannya seperti semula menjadi helaian-helaian benang dan bulu. Lalu ia memotng benang-benangnya yang terjailin dan mencampurkan kembali dengan benang wol atau bulu yang baru kemudian menyambungnya. Setelah itu ia memukulnya dengan alat pemukul dan semisal dengan hal itu, supaya dapat dipintal benang yang baru pada esok harinya. Demikianlah, ia dan para pekerja berusaha dan bersungguh-sungguh dalam bekerja akan tetapi karena kebodohannya ia merusak pekerjaan itu dan menjadi sia-sia.” [Lihat Tafsir Ath-Thobari (17/283) Tafsir Ibnu Katsir (4/599)]

Bisyr Al-haafi –Rahimahullah- pernah ditanya, “sesungguhnya ada suatu kaum yang beribadah dan bersungguh-sungguh hanya di bulan Ramadhan saja ?” maka ia menjawab, “itu adalah kaum yang paling jelek. Mereka tidaklah mengenal Allah dengan benar melainkan hanya di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang yang sholeh itu adalah orang yang senantiasa beribadah dan bersungguh-sungguh di atas sunnah di setiap waktu.”

Asy-Syibliy -Rahimahullah- pernah ditanya, “manakah yang lebih afdhol, rajab ataukah sya’ban ? maka ia menjawab, “jadilah kalian orang-orang rabbani dan janganlah menjadi orang-orang yang beribadah hanya di bulan sya’ban”

(Bersambung)

Ustadz Abu Dawud Ilham Al Atsary hafizhahullah
(Pengasuh Buletin Madrosah Sunnah Makassar)

CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )